Tiga pertanyaan ini sering muncul dalam diskusi seputar kenabian Muhammad ﷺ, dan semuanya memiliki akar dalam sejarah dan wahyu. Mari kita bahas satu per satu:
1. Manusia yang Mengelilingi Dunia
Pertanyaan ini bisa merujuk pada Dzulqarnain yang disebut dalam Al-Qur'an (Surat Al-Kahfi 18:83-98). Ia digambarkan sebagai pemimpin yang menjelajahi dunia, menaklukkan wilayah, dan membangun benteng untuk melindungi suatu kaum dari Ya’juj dan Ma’juj.
Ujian bagi Muhammad ﷺ:
Bagaimana mungkin seorang pria yang hidup di gurun Arab abad ke-7 mengetahui konsep seseorang yang mengelilingi dunia, menaklukkan bangsa-bangsa, dan membangun infrastruktur raksasa? Fakta bahwa Muhammad ﷺ tidak pernah berlayar jauh atau melakukan perjalanan ke luar Jazirah Arab (kecuali ke Syam) menunjukkan bahwa pengetahuan ini bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari wahyu.
2. Manusia Gua
Ini merujuk pada kisah Ashabul Kahfi (Surat Al-Kahfi 18:9-26), sekelompok pemuda yang tertidur dalam gua selama ratusan tahun. Kisah ini adalah tantangan dari orang-orang Yahudi kepada Muhammad ﷺ—mereka ingin menguji apakah beliau benar-benar nabi dengan menanyakan kisah yang hanya diketahui oleh segelintir orang.
Ujian bagi Muhammad ﷺ:
Bagaimana seorang Arab di abad ke-7 bisa mengetahui kisah ini secara detail, termasuk durasi tidur mereka, anjing mereka, dan perdebatan tentang jumlah mereka? Jika Muhammad ﷺ hanya mengarang, pasti ada kesalahan sejarah. Namun, justru fakta-fakta dalam Al-Qur'an selaras dengan manuskrip kuno yang ditemukan kemudian.
3. Tentang Ruh
Dalam Surat Al-Isra' 17:85, orang-orang Yahudi bertanya kepada Muhammad ﷺ tentang hakikat ruh. Jawaban yang diberikan adalah:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: 'Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit'."
Ujian bagi Muhammad ﷺ:
Jika beliau hanya manusia biasa tanpa wahyu, mungkin ia akan mencoba menjelaskan ruh dengan teori atau spekulasi. Tetapi jawaban dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa ruh adalah sesuatu yang melampaui akal manusia, dan hanya Allah yang mengetahui hakikatnya. Bahkan hingga hari ini, ilmu modern belum mampu memahami ruh secara penuh.
Kesimpulan:
Ketiga pertanyaan ini adalah ujian bagi kenabian Muhammad ﷺ, tetapi justru jawaban-jawaban yang beliau sampaikan membuktikan bahwa ia tidak berbicara atas kehendaknya sendiri, melainkan atas wahyu dari Allah.
JK mungkin akan berkata:
"Menguji kenabian bukan hanya soal bertanya, tetapi juga soal memahami jawabannya dengan jujur. Jika Muhammad ﷺ hanya manusia biasa tanpa wahyu, bagaimana mungkin ia menjawab dengan begitu akurat, melebihi pengetahuan zamannya?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar